Khataman dan Imtihan

Khataman dan Imtihan

Senin, 29 April 2013

Mengenang Bapak Pendidikan Nasional "Ki Hadjar Dewantara"

Ki Hajar Dewantara
Setiap tanggal 2 Mei, rakyat Indonesia memperingati hari “Pendidikan Nasional”, tapi apakah kita semua mengetahui sejarah mengapa Hari Pendidikan Nasional itu harus diperingati? Apakah putra putri Indonesia penerus perjuangan bangsa mengenal siapa pahlawan dibalik itu semua?
Marilah kita sejenak menengok ke belakang dimana sejarah kehidupan dan perjalanan tokoh bangsa ini dalam menggeluti bidang pendidikan.
Tokoh pendidikan itu bernama Ki Hajar Dewantara, lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Ia terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, dan berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya, dengan harapan dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.
Perjalanan hidup Ki Hadjar Dewantara benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsa. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda), kemudian melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Ki Hadjar Dewantara kemudian bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar, antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia,  Kaoem Moeda,  Tjahaja Timoer  dan  Poesara.  
Pada masanya,  Ki Hadjar Dewantara tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.
Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, Ki Hadjar Dewantara juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.

Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, Ki Hadjar Dewantara mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.
Setelah zaman kemedekaan, Ki Hadjar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957.
Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia pada t28 April 1959 di Yogyakarta.
Guna melestarikan nilai-nilai semangat Ki Hadjar Dewantara, pengurus perguruan Taman Siswa mendirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional.
Itulah selintas sejarah kehidupan dan perjalanan Bapak Pendidikan kita Ki Hadjar Dewantara, seorang pahlawan yang begitu gigih memperjuangan pendidikan di tanah air tercinta ini. Buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan ialah memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi.
Ajaran Ki Hadjar Dewantara yang terkenal ialah Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), dan Ing Ngarsa Sungtulada (di depan memberi teladan).
Ki Hadjar Dewantara memang kini telah tiada, namun perjuangannya sampai saat ini tak pernah kunjung padam. Pendidikan di ranah negeri ini semakin maju mengikuti alur zaman. Kini putra putri Indonesia begitu banyak yang berprestasi dan menggoreskan tinta emas dalam mengukir prestasi di bidangnya masing-masing. Banyak juga putra putri Indonesia yang telah mengangkat martabat Indonesia di mata dunia dengan keahlian pendidikan yang mereka punya. Meraka tak kalah dengan puta-putri negara-negara lain. Jayalah Pendidikan Indonesia, jayalah putra putrid Indonesia. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Edy_Hari_Yanto's  album on Photobucket