Khataman dan Imtihan

Khataman dan Imtihan

Selasa, 30 April 2013

Cintai Allah SWT Dengan Sunah-Sunah Rasulullah SAW


Cintai Allah SWT Dengan Sunah-Sunah Rasulullah SAW

Kita pasti tau, bahwa menjadi orang yang paling baik di sisi Allah SWT adalah dengan cara mengikuti ajaran-ajaran yang Allah berikan kepada Nabi kita yakni Nabi Muhammad SAW yang kemudian diajarkan kepada umatnya.
Jadi kita selaku umatnya, patutlah mengikuti apa yang sudah Rasulullah SAW ajarkan, baik itu akhlaknya, perbuatannya, urusan dan sunah-sunahnya. Sebagaiman firman Allah SWT dalam surat Al-Imran ayat 31 :
 
 
“khul ingkungtum tuhibbuwna Allaha fattabi’uwniy yuhbibkumu Allahu wa yaghfir lakum tdunuw bakum wa Allaha laa yuhibbulkaafiriyn.”

Artinya : “Katakanlah (Muhammad), jika kamu (benar-benar) mencintai Allah. Ikutilah aku, niscaya Allah  mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”  (QS. Al-Imran : 31).
Sahabat yang budiman….
Mari kita selalu mengerjakan sunah-sunah secara rutin yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, agar Allah SWT mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kita. Karena siapa lagi yang menghidupkan sunah-sunahnya kalau bukan kita? Betul!
Untuk itu, sobat muslim dan muslimah sebelum kita mengerjakan sunah-sunahnya kita perlu tau dulu faedahnya, agar semangat…
Pertama : mencapai derajat mahabbah, yaitu mahabbah dari Allah terhadap hamba-hamba-Nya yang beriman
Kedua : menambal kekurangan diri dalam mengerjakan ibadah yang sifatnya wajib
Ketiga : terhindar dari perbuatan bid’ah
Dan keempat : termasuk mengagungkan syiar-syiar Allah SWT.
Pasti sobat bertanya, lantas apa saja sunah-sunah Rasulullah SAW itu?? Pertanyaan bagus.
Sebetulnya banyak sekali sunah-sunah Rasulullah SAW yang diajarakan kepada umatnya. Untuk itu, mulai postingan berikutnya blog ini mencoba memberikan artikel tentang sunah-sunah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Semoga kita bisa dapat mengamalkannya di kehidupan sehari-hari kita.. Insya Allah!
 
 
 
 

SUNNAH SETELAH BANGUN TIDUR

  SUNNAH SETELAH BANGUN TIDUR
 
 
Sunah-sunah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam  yang akan dibahas ini, kita awali melakukan sunah setelah bangun tidur. Mungkin kedengarannya sepele, tapi yang namanya kita menjalankan segala sesuatu dengan sunah-sunah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam itu tidak akan rugi, bukan! Bahkan sangat menguntungkan buat kita selaku umatnya.
Hampir semua orang pasti hafal dengan doa sebelum tidur maupun sesudah tidur, betul! Tapi tidak banyak orang yang mengerti akan sunah-sunah yang dilakukan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam setelah bangun tidur. 

Oleh karena itu, saya selaku admin blog kumpulan tausiyah singkat, ingin saling mengingatkan kepada sobat semua, mungkin saja dikalangan sobat muslim semua belum ada yang tahu melakukan hal yang sunah setelah bangun tidur yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam.
Yang pertama, membasuh wajah dengan tangan.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda , “Rasulullah kemudian bangun tidur, lalu duduk sambil mengusap (bekas) tidur di wajah beliau dengan tangan beliau”. (HR. Muslim)
Yang kedua, membaca doa bangun tidur.
Alhamdulillaah illadtii ahyanaa ba’da maa a maa tanaa wa i layhi nnusyuw ru.
Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan aku setelah mematikan aku dan kepada-Nya-lah aku kembali. (HR. Bukhari)
Yang ketiga, memakai siwak.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam ketika bangun tidur menggosok mulutnya dengan siwak”. (Muttafaq’alaih)
Yang keempat, menghisap air ke dalam hidung.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Tatkala salah seorang di antara kalian bangun tidur, hendaklanya dia menghisap air ke hidung sebanyak tiga kali, sesungguhnya setan menginap di lubang hidungnya.” (Muttafaq ‘alaih)
Yang kelima, membasuh kedua belah tangan tiga kali.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Ketika salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya hendaknya dia tidak mencelupkan tangannya ke dalam tempat (air) sampai dia membasuh tangannya itu sebanyak tiga kali.” (Muttafaq ‘alaih)
Inilah sunah-sunah setelah bangun tidur yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, semoga dengan kita menjalankan sunah-sunah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, kita bisa mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir nanti. Amin!
 
 

Munculnya Dajjal Pendusta Yang Mengaku Utusan Allah SWT



Munculnya Dajjal Pendusta Yang Mengaku Utusan Allah SWT


قال رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ َحَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ، قَرِيبٌ مِنْ ثَلَاثِينَ، كُلُّهُمْ يَزْعُمُ، أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ، وَحَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ، وَتَكْثُرَ الزَّلَازِلُ، وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ، وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ، وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ، وَهُوَ الْقَتْلُ، وَحَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمْ الْمَالُ
(  صحيحالبخاري  )
Sabda Rasulullah saw :
“Tiada akan datang hari kiamat hingga dimunculkan dajjjal dajjal pendusta, sekitar tiga puluh jumlahnya, kesemuanya mengaku sebagai utusan Allah, dan hingga tercabutnya ilmu, dan kerap kalinya gempa bumi, dan semakin dekatnya waktu, dan munculnuya fitnah fitnah, dan banyaknya pembunuhan, dan kemudian berlimpahnya harta pada kalian” (Shahih Bukhari)


Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Limpahan puji kehadirat Allah Swt Yang Maha Luhur,Yang Maha Bercahaya Menerangi Alam Semesta dengan cahaya rahmat-Nya yang fana dan yang abadi. Cahaya rahmat -Nya yang fana menerangi seluruh alam semesta, cahaya rahmat-Nya yang kekal dan abadi menerangi wajah muslimin dan muslimat dengan kalimat tauhid. Menerangi jiwa mereka dengan ketaatan dan menerangi hari – hari mereka dengan pengampunan.
Maha suci Allah Swt Yang Maha Luhur, Maha Abadi, Maha Sempurna dan Maha Memiliki Kesempurnaan Maha Memiliki Kebahagiaan, Maha Memiliki Kesejahteraan, Maha Membagi – bagikan kepada hamba – hamba-Nya yang dikehendaki-Nya. Beruntunglah mereka – mereka yang semakin dekat kepada Allah Swt, maka mereka semakin dekat kepada Sang Pemilik Kebahagiaan. Mereka semakin berhak mendapatkan kesejahteraan, mereka semakin berhak mendapatkan kemudahan, mereka selalu dimanjakan oleh Allah Swt di dunia, di barzah dan di yaumal qiyamah.

Demikian keadaan hamba – hamba Allah Swt, mereka melewati cobaan dan musibah maka setelah cobaan dan musibah, akan datang kebahagiaan berlipat ganda yang membuat mereka lupa akan musibahnya, jika datang musibah lainnya Allah Swt akan gantikan dengan kebahagiaan yang lebih besar yang membuat mereka lupa lagi dengan musibahnya yang lalu. Inilah kehidupan mereka di dunia dan lebih – lebih lagi kehidupan mereka di akhirat yaitu kebahagiaan yang tiada akan pernah ada akhirnya.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Rahasia rahmat Illahi ini tumpah ruah dengan kebangkitan Nabi kita, idola kita, kekasih kita Sayyidina Muhammad Saw yang mana bulan rajab yang mulia ini merupakan salah satu daripada bentuk rahmat-Nya (Allah Swt) yang menuntun kita kepada cinta kita kepada Sayyidina Muhammad Saw, karena di bulan inilah turunnya firman Allah Swt Innallaha wa malaikatahu yu sholluna a’lan nabiy, Sungguh Allah dan para malaikat melimpahkan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw lalu Allah Swt menyeru kepada hamba – hamba-Nya yang beriman untuk selalu bershalawat dan bersalam kepada Sang Nabi Saw.

Adakah kebanggaan yang lebih besar daripada langsung disebut oleh Allah bahwa sungguh Allah dan para malaikat melimpahkan shalawat kepada beliau. Betapa bercahayanya wajah Sang Nabi Saw yang diterangi oleh cahaya shalawat dari Allah Swt dan para malaikat. Betapa terang – benderangnya jiwa beliau, betapa indah dan mulianya derajat beliau yang sedemikian dahsyatnya dimuliakan oleh Allah Swt dan “seseorang itu bersama dengan orang yang dia cintai”.
Sang Nabi Saw yang diberi kemuliaan oleh Allah Swt membukakan pintu – pintu bagi umat-Nya untuk ingin dekat dengan Allah Swt, ingin sampai kepada kemuliaan, ingin sampai kepada keluhuran, terbukalah bagi mereka pintu cinta. Pintu ittiba dan bagi merekalah terbuka pintu rahasia untuk kedekatan kehadirat Allah Swt dan Rasul Saw yaitu dengan mencintai Allah Swt dan Rasul-Nya. Kekurangan – kekurangan yang muncul dari perbuatan mereka tidak menjadikan cinta dan rindu mereka kepada Allah Swt dan Rasul Saw itu tidak diakui atau tertolak.

Demikian indahnya cinta dan rindu kepada Allah Swt dan Rasul-Nya. Berbeda dengan cinta dan rindu kepada satu makhluk sesama yang lain, jika ada kekurangan dari cinta dan rindunya, sedemikian pula cinta dan rindunya akan sirna dan tertolak hanya gara – gara barangkali hanya pada satu kesalahan, barangkali hanya pada dua kesalahan. Barangkali Kau berbuat salah padaku, dan ia lupa. Sedemikian banyak cinta dan rindu sang kekasih maka ia tertolak. karena apa? Karena berbeda dengan rabbul allamin jalla wa alla yang masih diterima cinta dan rindu hamba-Nya.

Dan berbeda pula dengan Sang Nabi untuk rabbul allamin, Sayyidina Muhammad Saw yang cinta dari batu sekalipun masih diterima oleh beliau. Cinta dari gunung pun masih diterima oleh beliau sebagaimana riwayat Shahih Bukhari bahwa Rasul Saw bersabda “ini gunung hud mencintaiku dan aku mencintai gunung uhud”. Tentunya gunung pun diberi kesempatan oleh Allah Swt untuk mencintai Nabi Muhammad Saw, butiran – butiran kerikil dan batu itupun diberi kesempatan oleh Allah untuk mencintai Sang Nabi. Demikian pula batang pohon kurma, demikian pula dengan kota di Madinah dan semua hewan dan makhluk-Nya Allah diberi kesempatan untuk mengidolakan dan mencintai Sang Nabi dan Sang Nabi menjawab cinta mereka seraya bersabda “dan akupun mencintai gunung hud”. ya Rasulullah ini hanyalah gumpalan batu yang tidak bermakna untukmu tetapi ketika dia mencintai beliau Saw, seindah – indahnya makhluk Allah, makhluk yang paling ramah, makhluk yang paling indah budi pekertinya, makhluk yang tidak mau mengecewakan perasaan siapapun maka gumpalan batu inipun diterima cintanya oleh Rasul Saw dan dijawab oleh Rasul Saw “dan kami pun mencintai gunung uhud”.

Diriwayatkan pula di dalam Shahih Bukhari yang sering kita dengar, ketika batang pohon kurma ditinggal oleh Sang Nabi yang biasa bersandar padanya disaat berkhutbah maka saat itu batang pohon kurma itu menjerit dengan jeritan yang menyayat hati. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fathul Baari bi Syarah Shahih Bukhari bahwa jeritan dan tangisan pohon kurma itu terdengar bagaikan jeritan sang bayi yang ditinggal oleh ibunya dan Sang Nabi turun dari mimbar, mendatangi pohon kurma itu dan memeluknya, batang pohon itu dipeluk dan setelah itu tangisnya pun mereda bagaikan bayi ketika dipeluk oleh ibunya dan tersendat – sendat, terisak – isak nafasnya menahan tangis karena telah ditenangkan oleh ibunya sampai perlahan – lahan suara tangisnya semakin pelan dan terdiam. Bagaikan bayi yang kehilangan ibunya dan di peluk dan didekap oleh ibunya sampai masih terisak - isak sesaat kemudian tangisnya terdiam.

Demikian keadaan batang pohon kurma, cinta dan tangisnya karena Nabiyyuna Muhammad Saw berpisah dengannya. Biasa Sang Nabi bersandar padanya setiap khutbah, sekali waktu beliau turun maka batang pohon kurma itu menangis. Dan Sang Nabi, wahai yang demikian indah dicipta oleh Allah sebagai raufurrahiim tidak pula mengecewakan daripada batang pohon kurma mencintainya, beliau turun dan memeluk batang pohon kurma itu dan menenangkannya.
Al Imam Ibn Hajar meriwayatkan salah satu hadits shahih menukil di dalam Fathul Baari bahwa Rasul berkata “seandainya aku tidak menenangkannya, ia akan terus menjerit hingga yaumil qiyamah dengan tangisnya yang didengar oleh jumlah sahabat yang muttawatir, lebih dari 80 sahabat yang mendengar jerita dan tangis batang pohon kurma ini”.

Demikian hadirin – hadirat indahnya alam semesta mencintai Sayyidina Muhammad Saw, demikian kemesraan mereka kepada Sang Nabi. Demikian pula seekor hewan besar di Madinah Al Munawwarah, sebagaimana diriwayatkan di dalam Sirah Ibn Hisyam ketika unta terbesar di Madinah mengamuk dan kita memahami unta itu kalau berdiri perutnya lebih tinggi dari kepala kita, itu unta biasa. Bagaimana kalau unta besar? 1400 tahun yang silam di Madinah Al Munawwarah, unta ini mengamuk dan tidak diketahui sebabnya. Para sahabat menjebaknya di dalam salah satu kandang besar, lantas ketika Rasul Saw dikabari dan beliau mendatangi lalu berkata “bukakan pintu yang menjebaknya ini”. Ya Rasulullah dia ini sedang dalam keadaan mengamuk dan sedang marah, mulutnya yang berbusa dan matanya yang merah ini bias membunuh siapa saja dan jangan – jangan dia mencelakaiku. Rasul Saw berkata “bukakan, bukakan biarkan ia mengetahui aku Rasulullah”. Maka ketika dibukakan pintu itu, unta melihat wajah Muhammad Saw maka unta itu berlari tertunduk – tunduk menciumi kaki Nabi Muhammad Saw. Yang demikian buas dan marahnya, ketika melihat wajah indah, seindah – indahnya wajah yang paling berhak dicintai, ternyata unta ini memiliki kecintaan, kemuliaan dan kerinduan kepada Sang Nabi seraya berlari mendekat tertunduk – tunduk kepalanya dan mencium kaki Sang Nabi lantas ia mendekatkan wajah dan mulutnya ke telinga Sang Nabi dan Rasul Saw mendekatkannya kemudian Rasul Saw berkata “siapa pemilik unta ini?”, salah seorang sahabat Anshar berkata “aku ya Rasulullah”. Ia mengadu padaku karena terlalu banyak disuruh bekerja dan sedikit diberi makan. Unta ini mengadu kepada Rasulullah Saw.

Inilah hewan dan tumbuhan yang sangat mencintai Sang Nabi dan lebih – lebih para sahabat Muhajirin dan Anshar ra. Sebagaimana riwayat Sirah Ibn Hisyam ketika salah seorang wanita dari bani dinar, ketika kembali Sang Nabi dari perang uhud, mendengar kabar suaminya wafat, kakaknya wafat, anaknya wafat, ayahnya wafat, semua keluarga ibu ini wafat dalam syahid di perang uhud. Ayahmu wafat, anakmu wafat, kakakmu wafat, suamimu wafat, tinggallah ia sebatang kara. Ibu ini bertanya “bagaimana keadaan Rasulullah?”, Rasulullah sehat wal afiah, ibu ini datang melihat bagaimana keadaan Sang Nabi dan barangkali juga ingin mengadu kesedihannya, sebatang kara ditinggal semua keluarganya yang wafat di perang uhud. Namun ketika melihat wajah Sang Nabi, ibu itu mengangkat suara di tengah para sahabat “semua musibah asalkan kau baik dan sehat wal afiah, semua musibah adalah kecil di hadapanku ya Rasulullah”. Biarpun ayah, suami, anak, kakak dan seluruh keluarga wafat asalkan kau baik dan sehat wal afiah. Demikian cintanya seorang wanita Anshar kepada Nabi Muhammad Saw.

Juga diriwayatkan ketika seorang sahabat ditangkap dan ia sampai dibawa oleh Abu Sofyan sebelum Abu Sofyan masuk islam maka berkata Abu Sofyan “wahai engkau kini Muhammad sedang tenang – tenang di rumah bersama keluarganya, dan sebentar lagi istrimu jadi janda dan anakmu jadi yatim. Ayo mau kau tukar posisimu dengan Muhammad saat ini?”, maka ia berkata “Demi Allah kalau seandainya aku harus wafat dan selesai seluruh permasalahanku ini, aku dibunuh dan dikuliti itu jauh lebih kupilih dari sebutir duri menusuk kaki Rasulullah Saw”. Demikian cintanya mereka kepada terhadap Nabiyyuna wa Syafiuna Muhammad Saw.
Hadirin – hadirat dan keberkahan itu tidak sirna dan sampialh kita di bulan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Mengingat peristiwa – peristiwa agung di Madinah Al Munawwarah dan Rasul Saw menjadikan keberkahan berlanjut dan Allah memberi keberkahan pada Sang Nabi tidak hanya di saat beliau hidup tapi bekas - bekas peninggalan beliau diabadikan oleh Allah Swt keberkahannya. Sebagaimana diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari ketika di Madinah Al Munawwarah, Rasulullah Saw bersabda “kelak di akhir zaman akan munjul dajjal yang akan terus menyerang semua fihak dan semua tempat sampai ia di Madinah Al Munawwah dan dajjal tidak bisa masuk ke Madinah Al Munawwarah.

Sampai disini Rasul Saw berkata maka akan berguncang Madinah dengan 3 kali gempa. Madinah tidak pernah gempa, sepanjang Rasul Saw masuk ke Madinah Al Munawwarah di hari hijrah sampai akhir zaman Madinah tidak pernah gempa terkecuali saat itu, saat datangnya dajjal ke depan Madinah Al Munawwarah. Disaat itu Madinah gempa dengan 3 kali guncangan maka keluarlah semua orang kafir dan munafik. Maka berkata Imam Ibn Hajar di dalam kitabnya Fathul Baari bi Syarah Shahih Bukhari bahwa di saat itu semua Rasul mengatakan munafik, fasiq, kafir, semua keluar dari Madinah kecuali orang – orang mukhlisin, orang – orang yang mencintai Rasul Saw tidak bergeming dari Madinah Al Munawwarah. Sebagaimana kita ketahui, sampai saat ini banyak orang musyrik, fasiq, ada di Madinah dan mereka akan keluar di saat guncangan 3 kali sehingga mereka keluar diikuti dajjal, kata Sang Nabi Saw dan disaat itulah Rasul Saw berkata “itu dajjal bawa pasukannya mengepung Madinah Al Munawwarah”.
Imam Ibn Hajar menukil salah satu hadits dalam kitabnya Fathul Baari bi Syarah Shahih Bukhari dengan sanad yang shahih bahwa Rasul Saw menjelaskan dajjal itu berkata “itu masjid Muhammad, itu masjid Nabawiy yang harus kita kuasai”. Itu masjid Muhammad, dari kejauhan dajjal sudah menunjuknya, kubah hijau masjidnya Rasul Saw telah ditunjuk oleh dajjal dan berkata “itu masjid Muhammad itu masjid Muhammad, kita harus sampai kesana”. Lantas Rasul Saw bersabda sebagaimana riwayat Shahih Bukhari disaat itu Madinah mempunyai 7 pintu, lalu siapa yang memberi beliau pengetahuan Madinah akan modern seperti sekarang ini sampai ada 7 pintu. Beliau berkata 7 pintu Madinah Al Munawwar dan disetiap pintunya dijaga oleh 2 malaikat sehingga dajjal tidak bisa masuk ke dalamnya.

Kita bisa lihat bagaimana keberkahan bekas tempat injakan Sayyidina Muhammad Saw menjadi benteng terkuat yang tidak bisa di tembus oleh dajjal. Demikian hadirin – hadirat dajjal yang demikian kekuatannya bisa berbuat apa saja menurunkan hujan, membawa kemiskinan, membawa kekayaan dan menguasai seluruh permukaan bumi, namun ia terbentur di Makkah, Madinah dan Masjid Al Aqso. Ketiga tempat ini tidak bisa disentuh oleh dajjal, dajjal tidak bisa masuk ke Masjidil Haram, tidak bisa masuk ke Masjidil Al Aqso dan tidak bisa masuk ke Madinah Al Munawwarah. Tempat – tempat bekas injakan kaki Muhammad Rasulullah Saw. Maka tempat lahir beliau di Madinah, tempat wafat Masjid Al Haram, tempat beliau mihrab Masjid Al Aqso. Kalau seandainya bumibekas pijakan beliau seperti ini, bagaimana jiwa yang mencintai Sayyidina Muhammad, umat Muhammad Saw. Sebagaimana aku dan kalian yang gembira di majelis ini dengan shalawat dan salam kepada Nabiyyuna Muhammad Saw dan tiada pernah bosan kita untuk selalu berdzikir dan bershalawat mendengarkan hadits – hadits Nabiyyuna wa Syafiuna Muhammad Saw.

Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari sebagimana hadits yang baru saja kita baca tadi, Rasul Saw berkata “tidak akan datang hari kiamat, maksudnya salah satu tanda dari hari kiamat yaitu sampai munculnya 30 dajjal, dajjal – dajjal pendusta kira – kira jumlahnya 30”. Maksudnya jumlahnya kira – kira bisa lebih atau kurang dari 30, kata Rasul Saw. Disini menunjukkan ada ikhtilaf mengenai jumlah dajjal - dajjal yang akan datang ke muka bumi. Tadi apa ciri – ciri mereka? semuanya itu mengaku Rasul, mereka itu mengaku Nabi, itu ciri dajjal - dajjal pendusta. Itu kalau kita hitung jumlahnya kata Rasul Saw kira - kira 30. Demikian sabda Nabi Muhammad Saw. Kita sudah lihat sekarang, walaupun kita belum menghitungnya di Indonesia sudah sedemikian banyaknya ada di India, Pakistan, Yordan, Saudi dan dimanapun banyak yang mulai mengaku sebagai Nabi dan ini tanda – tanda hari kiamat kata Sang Nabi dan mereka digelari dajjal – dajjal pendusta. Yang dimaksud adalah seluruh dajjal yang paling besar kelak yang muncul di akhir zaman.

Mengawali kebangkitan Sayyidatuna Aisyah bin Maryam as dan disaat itu mulai tercabutlah ilmu, disaat itu ilmu mulai sirna, ulama mulai wafat. Sebagaimana riwayat Shahih Bukhari yang sering kita dengar bahwa Allah itu akan menghilangkan ilmu tidak dengan mencabutnya dari hati para ulama akan tetapi Allah akan menghilangkan ilmu dengan mewafatkan ulama, bagi kita membangkitkan generasi para ulama lagi. Agar apa? agar Allah menjauhkan kita dari bala dan musibah dengan sirnanya ulama, karena apa? kalau ulama tidak ada Rasul Saw berkata sampai nanti ulama tidak tersisa. Lalu apa? maka mereka mulai mengambil para imam – imam, para guru – guru yang tidak mengerti ilmu, mereka ditanya, ditanya tidak mampu menjawab berfatwa semaunya, apa saja sunnah dibilang bid’ah, yang baik dibilang musyrik, ibadah dibilang syirik, doa – doa dilarang, ziarah dilarang. karena apa? karena memang tidak memiliki ilmu bukan karena kesalahan mereka, karena kesempitan ilmu dari syariah hadits. Mereka memberikan fatwa tanpa ilmu, ilmunya sedikit maka tidak bisa memberikan fatwa yang benar fatwanya salah. Mereka sesat dan menyesatkan. Demikian makna dalam kalimat ini. Akan muncul waktu dimana kurangnya ulama, sedikitnya ulama. Ilmu mulai sirna, sirna, dan sirna.

Minggu yang lalu kita berbicara tentang keutamaan para muhadditsin dan tentunya kita memahami tidak semua muhaddits itu menulis hadits – haditsnya, jadi yang tersisa sekarang ini tidak mencapai 10% dari hadits yang ada saat itu. Imam Ahmad bin Hambal sudah kita kenal beliau hafal 1 juta hadits dengan sanad dan hukum matannya tapi imam madzhab hanya sempat menulis 20.000 hadits saja. 980.000 hadits itu sirna dengan wafatnya Imam Ahmad bin Hambal. Ada para murid-muridnya yang menghafal tentunya dimasa itu menghafal lebih ditekankan daripada menulis hadist.

Kalau di masa sekarang orang punya ilmu menulis buku, di zaman itu tidak menulis kecuali kalau ada permintaan, ada permintaan orang dari jauh minta seratus sanad hadist ditulis kirim kesana seratus sanad hadist, ada lagi yang meminta fatwa seribu hadist tentang salat, tulis sanadnya kirim kesana. Tapi mereka tidak menulis semua hadist yang mereka kumpulkan karena apa? dimasa itu hafalan yang diandalkan, karena belum ada percetakan. Kalau zaman sekarang kita mau bawa ke seluruh dunia cukup di internet sudah seluruh dunia sampai dakwahnya, tulis semua yang kita ketahui tulis hadist, AlQuran, ayat, fatwa semua akan bermanfaat. Dimasa itu tidak ada percetakan, ditulis apa gunanya? siapa yang mau membaca 1 buku, kalau kita tulis maka dicetak 1 rim, 10 rim yang baca banyak. Zaman itu lebih efektif mengajar dengan hafalan. Karena apa? karena tidak ada percetakan, siapa yang memperbanyak buku itu tidak ada foto copy tidak ada koran, tidak ada telepon, tidak ada internet yang ada murid datang pada guru, itu saja. Bisa begitu tadi adalah belajar dan mempelajari yaitu murid mendatangi guru, diajarkan hadits, pulang dan kira – kira begitu. Datang lagi dan sampai munculnya yakni mulai sirna hadits.

Sehingga kalau sekarang ini kita kumpulkan semua hadits hanya mencapai kurang sedikit dari 100.000 hadits dengan sanad dan hukum matannya. Kalau dikumpulkan kurang dari 100.000 hadits. Jadi kalau ada Al Hafidh di masa sekarang, seperti Guru Mulia kita Al Hafidh Al Musnid Al Habib Umar bin Hafidh beliau itu hafal lebih dari 100.000 hadits dengan sanad dan hukum matannya, beliau mengambil juga bukan hanya dari musnid – musnid yang ada seperti Musnad Imam Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Hakim, Imam Bukhari tapi beliau juga mempunyai sanad – sanad hadits yang sampai kepada beliau riwayat sanad daripada yang diluar jumhur muhadditsin. Jadi bisa mencapai lebih dari 100.000 hadits dan beliau sampai ke derajat Al Hafidh. Dan tinggal beberapa orang saja di dunia ini yang sampai ke derajat Al Hafidh dalam ilmu hadits.

Sekarang Mahad Darul Musthofa mempunyai peraturan baru, pesantren beliau itu yang masuk kesana syaratnya hafal Alquran dan hafal 2.000 hadits. Demikian salah satu syarat bagi mereka yang mau belajar bersama beliau karena barangkali beliau sudah melihat dan sudah waktunya menumpahkan tugasnya ilmu hadits yang beliau miliki, yang selama ini barangkali terpendam karena keterbatasan kemampuan dari orang – orang yang belajar kepada beliau. Sekarang beliau sudah buka yaitu syarat masuk Darul Musthofa hafal 2.000 hadits dan hafal Alquranulkarim, baru bisa masuk menjadi murid beliau untuk diturunkan keluasan ilmu hadits yang beliau miliki. Semoga Allah memakmurkan pesantren ini dan Allah panjangkan usia beliau dan semoga Allah Swt memakmurkan dunia ini dengan para ahli hadits dan para ulama.

Dan sampai pula muncul banyaknya gempa bumi kata Rasul Saw. Sudah mulia sirna para ulama, ini sudah kita lihat hadits kita tinggal sedikit. Jadi zaman sekarang kalau ada orang yang berfatwa ini haditsnya ternyata Imam Syafii dhaif, sebentar sebentar anda katakan haditsnya Imam Syafii ini haditsnya dhaif, anda tahu berapa hadits? Ini hadits kalau dikumpulkan sekarang tidak sampai 100.000 hadits. Zaman dahulu orang bicara tentang sholat ia punya ribuan hadits. Imam Bukhari di dalam kitab Tadzkiratul Huffad, didatangi oleh muridnya dan berkata “wahai imam aku menyusup ke satu wilayah disana sampai disana itu aku di test tentang hadits – hadits sholat, ayo haditsnya wudhu apa, bagaimana haditsnya i’tidal, bagaimana haditsnya sujud, itu didaerah sana. Imam Bukhari berubah wajahnya, marah beliau. Tidak pantas kau masuk masjid di test seperti itu. Kalau aku masuk kesitu, akan aku keluarkan 10.000 hadits shahih tentang sholat saja. 10.000 hadits shahih tentang sholat saja beserta sanad dan hokum matannya. Ini keadaan mereka di masa itu, jadi Imam Bukhari jauh sebelum Imam Syafii.

Sebagaimana saya sampaikan minggu yang lalu Imam Syafii sudah jadi imam baru Imam Bukhari lahir. Imam Syafii lahir tahun 150 H, usia 12 tahun sudah mencapai ke derajat Al Hafidh dan Imam Bukhari lahir tahun 194 H. Jadi Imam Syafii sudah 44 tahun, Imam Bukhari baru lahir. Ini Imam Bukhari seperti itu, bagaimana Imam Syafii? Jadi tentunya para ulama dan hujjatul islam berhati – hati kalau Imam Syafii sudah bilang seperti ini, pasti dibelakangnya tertutup sekian ribu hadits yang tidak sempat beliau sampaikan diantaranya pembacaan doa nisfu sya’ban yaitu pembacaan yassin 3X yang menyarankan Imam Syafii, beliau tidak akan mengada-ada, kalau beliau mengada – ada sudah ratusan Al Hafidh dan pakar hadits yang menentang adat istiadatnya ini di masa lalu. Imam Syafii bikin hal yang bid’ah, ngapain baca yassin 3X di malam nisfu sya’ban. Mereka malah ikut baca, kalau ikut baca berarti pasti ada riwayat tsigahnya akan tetapi mungkin dari sekian juta hadits hanya kurang dari 100.000 hadits yang ada di masa sekarang ini sudah terhapus haditsnya tapi cukup fatwa Imam Syafii sebagai hujjat diikuti oleh para imam – imam dan para hujjatul islam yang lainnya. Ini mereka yang mengerti ilmu hadits dan mustholahul hadits. Yang tidak, maka berkata ya kalau tidak ada hadits shahihnya tidak usah diikuti. Tentunya tidak demikian, lihat fatwa dan guru – guru yang bersanad sampai kepada para imam sampai kepada Rasulullah Saw.

Mulai muncul gempa di mana – mana, Imam Ibn Hajar Al Asqalani menjelaskan gempa ini sudah ada sejak dari zaman Nabi Adam as tapi yang dimaksud Rasul disini gempa itu makin banyak dan dahsyat. Di zaman sekarang ini gempa yang dahsyat, muncul tsunami, gempa dahsyat di wilayah muslimin. Salah satu bentuk dari tanda – tanda munculnya akhir zaman.

Dan selanjutnya adalah semakin terasa dekatnya waktu, baru kemarin Idul Fitri sekarang sudah mendekat malam 1 Ramadhan. Demikian cepatnya waktu berputar, rasanya baru kemarin selesai sekolah sekarang sudah mau menikah. Demikian cepatnya waktu tidak terasa di akhir zaman, sangat – sangat dekat makin hari. Imam Ibn Hajar juga menukil bahwa yang dimaksud diantaranya adalah usia yang semakin singkat. Dimasa Rasul umur 60 tahunan sekarang hanya 30 tahunan saja usia manusia. Dan muncul fitnah – fitnah, hal yang kecil jadi fitnah, hal yang tidak berarti jadi fitnah, hanya masalah gerakan jari sedikit saja (sms) ribuan orang yang memusuhinya. Hanya karena jari kecil saja bias menyebabkan fitnah yang besar, membuat orang bunuh satu sama lain, saling pecah silaturahmi dan demikian hadirin – hadirat hanya masalah kecil bisa menjadi fitnah yang besar.

Dan juga mulai banyak terjadi pembunuhan, disini pembunuhan disana pembunuhan, anaknya membunuh ayahnya, ayahnya membunuh anaknya terus terjadi pembunuhan hal yang mustahil terjadi puluhan tahun yang lalu, sekarang terjadi. Belum pernah ada yang namanya anak mau menyiksa dan membunuh ibunya, sekarang mulai muncul seperti itu dan semakin banyak.
Dan setelah semua itu terjadi, Rasul Saw berkata “dan akan datang waktunya nanti Allah munculkan kemakmuran”. Maka kalian lihat nantinya di akhir zaman setelah ini muncul, gempa bumi dan lainnya sebagainya muncullah keluasan dan kemakmuran, ini sabda Nabiyyuna Muhammad Saw. Ini sudah muncul pada kita, kekurangan ulama sudah mulai muncul, gempa bumi, fitnah dan zaman yang semakin cepat, muncul orang yang mengaku Nabi. Ini semua sudah muncul, tinggal menagih janji Sang Nabi akan muncul segala kemakmuran pada muslimin. Maka kalian ini akan dilimpahi kemakmuran, kata Rasul Saw ini terusan haditsnya riwayat Shahih Bukhari sampai nanti tidak ada lagi orang yang menerima sedekah semua orang cukup, semua orang kaya – raya, kalau sekarang mustahil tapi di masa itu juga barangkali mustahil di masa Rasul Saw. Di zaman Nabiyullah Adam as ada orang usianya mencapai 63 tahun, mustahil. 1500 tahun ada, 1900 tahun mereka barangkali mustahil ada orang usia 63 tahun sudah lanjut usia. Di masa itu Allah bukakan harta yang luas dan kemakmuran bagi muslimin.

Guru kita Al Hafidh Al Musnid Al Habib Umar bin Hafidh menjelaskan makna hadits ini bahwa Allah akan membuat orang – orang yang baik jadi kaya – raya, orang – orang yang mencintai dakwah menjadi kaya – raya, dengan cara seperti itu orang – orang susah akan kembali kepada mereka, orang – orang non muslim akan diberikan kemiskinan oleh Allah, hancur usahanya, rusak dari apa – apa segala yang menjadi perdagangannya. Allah bikin keberkahan apa yang diusahan orang – orang non muslim yang baik, berhasil. Perdagangannya maju terus dibantu oleh Allah Swt dan disaat itulah harta dan kekayaan dipegang oleh orang – orang yang baik. Orang – orang yang sholeh diberi kekayaan oleh Allah Swt. Maka tentunya disaat seperti itu orang – orang muslimin yang susah mereka dimodali, mereka dibantu karena orang baik mereka Bantu. Kalau orang kaya tapi kikir, ia mau kaya sendiri tidak mau berbagi dengan orang lain maka Allah jadikan saat itu adalah orang yang baik yang kaya – raya. Orang yang baik yang kaya – raya membantu yang lain yang diluar islam yang perdagangannya jatuh, ikut bisnis dengan dia, dating pada dia, ikut dengan dia jadi maju. Dan usaha orang – orang non muslim yang hancur, mereka akan kembali kepada islam.

Demikianlah keadaan muslimin di masa itu dan tidak ada orang – orang yang susah, pertama – pertama kecukupan, yang kedua sudah cukup, diriwayatkan dari hadits yang tsigah oleh Imam Tirmidzi ada 1 orang membawa kantung besar berisi dinar, kau mau menerima sedekah. Tidak ada satupun kah yang mau terima, ada 1 orang mau terima “sini aku terima”. Setelah ia terima Subhanallah orang lain tidak ada yang mau teriam tapi aku menerimanya, ini aku kembalikan. Orang itu tidak mau kemudian ia menaruh harta emas dan 1000 dinar dalam kantung yang besar meninggalkannya dijalan, dan ia pun pergi. Demikian luasnya keadaan orang – orang saat itu, riwayat Shahih Bukhari Rasul Saw bersabda “bersedekahlah kalian, akan datang satu masa sedekah tidak akan lagi diterima oleh semua orang karena semua orang sudah berkecukupan”. 

Demikian dahsyatnya, kita bertanya tampaknya ini mustahil namun tentunya kita ingat bahwa beliau ini adalah waliyullah tidak berbicara dari hawa nafsunya dan hal itu akan datang, bencana itu akan datang, fitnah akan datang, yang mengaku Nabi telah datang, gempa bumi telah datang maka ini tanda – tanda akan segera munculnya kemakmuran pada muslimin muslimat.
Kita bermunajat kepada Allah Swt semoga Allah memakmurkan dan menyegerakan kedatangan kemakmuran muslimin muslimat, Ya Rahman Ya Rahim bukakan keberkahan bagi kami, limpahkan cahaya keluasan bagi kami dhahiran wa bathinan dunia dan akhirat, majukan dakwah muslimin, ramaikan panggung – panggung dzikir dan shalawat, Ya Rahman Ya Rahim jadikanlah kami ini orang – orang yang pertama membenahi keadaan masyarakat kami, Ya Rahman Ya Rahim jadikanlah harta dan kekuasaan pada orang – orang yang baik dan kamu muslimin dan jadikanlah kehancuran dan kesempitan bagi mereka – mereka yang memusuhi muslimin, Ya Rahman Ya Rahim kami mengadukan keadaan hati kami ini, Rabbiy benahi keadaan diri kami hingga kami bermanfaat bagi masyarakat kami, Ya Rahman Ya Rahim fakullu jami’an Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah Ya Allah.

Majelis kita semakin luas dan malam selasa semakin besar, Insya Allah semakin makmur dan semakin banyak muslimin muslimat yang mengambil faedah dan ternyata tidak cukup sampai disini Allah makmurkan lagi majelis – majelis lainnya, majelis tahunan kini sudah semakin dekat dan semakin banyak dan di bulan ramadhan kita tidak akan berhenti memakmurkan wilayah Jakarta ini dengan majelis – majelis dzikir. Insya Allah di malam 17 ramadhan akan mengadakan tabligh akbar dan badr kubro sekaligus malam nuzullul qur’an yang Insya Allah bertempat di Monumen Nasional (Monas). Kemarin ada sedikit kendala sudah perinzinan muncul di Monas ternyata monas dipenuhi oleh kemah – kemah para tentara dan juga persenjataan untuk peringatan acara 17 Agustus jadi tidak etis kalau seandainya jamaah kumpul jadi satu dengan kemah – kemah para tentara tentunya kita tidak nyaman maka kita dipindahkan ke Lapangan Banteng. Tapi untuk malam 17 Ramadhan telah disepakati Insya Allah. Dan juga di bulan ramadhan kita akan mengadakan acara besar besaran 2X di wilayah Ancol, tempat – tempat maksiat akan kita terangi dengan Nama Allah.

Wassalallahu wassallam wabarik 'ala Nabina Muhammadin wa'ala alihi washohbihi wassallam.
Walhamdulillahirabbil'alamin.
Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh



<<<<0000>>>>

Senin, 29 April 2013

Redefinisi Teori Among Ki Hajar Dewantara



Redefinisi Teori Among Ki Hajar Dewantara


Ki Hajar Dewantara selaku tokoh pendidikan Indonesia berpendapat bahwa perkembangan anak didik mulai dari lahir hinga dewasa dibagi atas fase-fase. Ada fase yang merupakan periode amat penting bagi perkembangan badan dan pandca indra. Ada fase yang merupakan masa perkembangan untuk daya-daya jiwa terutama pikiran anak, dan ada pula fase tentang penyesuaian diri dengan masyarakat di mana anak mengambil bagian sesuai dengan cita-cita hidupnya. Adanya periodisasi masa perkembangan itu juga kita temui pula pada teori-teori yang dikemukakan oleh ahli lain.
Namun pada intinya teori apapun tentang perkembangan manusia tidak lepas dari gambaran bahwa anak merupakan bagian dari keluarga dan masyarakat. Dalam arti bahwa kecepatan atau kelambanan anak dalam menjalani masa perkembangannya sangat tergantung dari bagaimana pengaruh lingkungan sosialnya. Sebenarnya banyak teori tentang pengkajian pendidikan sebagai bagian dari hasil cipta dari Ki Hajar dewantara, yang kesemuanya itu merupakan gambaran dari kreativitas Ki Hajar sebagai pemikir sekaligus praktisi pendidikan pada jamannya dulu.

Sebagai contoh adalah adalah sistem among. Seperti diketahui bahwa sistem among yang dicetuskan oleh ki Hajar antara lain berbunyi: Ing ngarso sung tulodho (di depan harus dapat memberi contoh yang baik), Ing madyo mangun karso (di tengah harus dapat membangun), dan Tut wuri Handayani (di belakang harus dapat mendorong dan memberi semangat). 

Sistem Among menuntut kesabaran dalam penerapannya
Nampak dalam teori ini Ki Hajar berusaha memberikan gambaran ideal tentang peran manusia dalam segala lini. Dalam konsep among ini manusia ideal adalah orang yang dapat memerankan diri (menyesuaikan diri) sedang berada pada peran yang bagaimanakah dia. Apakah di depan, di tengah atau di belakang.
Dan dalam setiap kondisi di depan, di tengah maupun di belakang itu orang ideal ini harus dapat memberikan peran yang berarti bagi orang lain di sekitarnya. Bukan main memang teori among ini. Ki Hajar Dewantara memang telah membuktikan sebagai figur yang dapat dipandang sebagai panutan bagi insan pendidikan di Indonesia, bahkan di dunia. Pada sisi lain jiwa kepahlawanan Ki Hajar juga sulit ditandingi oleh tokoh pendidikan lainnya.
Banyak teori yang dihasilkan oleh Ki Hajar Dewantara ini diciptakan beliau pada jaman penjajahan atau jaman perjuangan. Permasalahannya adalah apakah konteks perjuangan yang dikemukakan beliau pada jaman dahulu tetap relevan dengan jaman sekarang. Sebab perjuangan pada jaman dulu diartikan sebagai perang melawan penjajah. Sedang dalam konteks sekarang perjuangan lebih merupakan berjuang untuk mencapai prestasi.
Untuk ukuran jaman yang semakin maju ini banyak nilai-nilai tradisional yang memerlukan redefinisi pada tataran penerapan. Banyak aspek dalam nilai tradisional yang kurang terbuka terhadap inovasi (pembaharuan) yang sedang berkembang. Hal ini apabila dibiarkan jelas sangat mempengaruhi daya kreativitas masyarakat kita.
Dalam perspektif sosial budaya, kreativitas dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, sosial, politik dan sejarah. Iklim kehidupan sosial budaya favourable memungkinkan kreativitas tumbuh subur. Sebaliknya iklim sosial budaya yang mengekang dan kurang menjamin rasa aman mengakibatkan kreativitas terhambat.
Tidak mengherankan jika sering para pemuda kita ketinggalan dengan kemajuan pemuda dari bangsa-bangsa lain. Agaknya pengaruh penjajahan yang terlalu lama menyebabkan generasi tua kita selalu menaruh curiga tehadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Banyak tantangan dan rintangan yang dihadapi Ki Hajar dewantara pada saat berjuang di bidang pendidikan. Namun semakin banyak tantangan yang dihadapi maka semakin besar pula keyakinan Ki Hajar bahwa tidak ada cara lain untuk membebaskan kebodohan Bangsa Indonesia saat itu selain dengan cara mendirikan sekolah untuk masyarakat golongan rendah. Ki Hajar Dewantara merupakan figur yang dapat dipandang sebagai panutan bagi insan pendidikan di Indonesia.
Terutama yang patut menjadi tauladan adalah jiwa kepahlawanannya yang sulit ditandingi oleh tokoh pendidikan lainnya. Sebagai contoh konkrit dari kepahlawanan beliau adalah berdirinya perguruan Taman Siswa pada masa penjajahan Belanda. Meskipun berbagai tantangan menghadang di depan, namun cita-cita mulia untuk mencerdaskan bangsa itu tidak surut sedikitpun. Bahkan justru semakin bersemangat untuk melangkah maju.
1. Pandangan Ki Hajar tentang Keluarga
Di dalam keluarga anak pertama-tama belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja sama, bantu membantu. Di sinilah berarti dia sudah belajar untuk menjadi makhluk sosial. Pengalaman dalam interaksi keluarga turut membantu cara-cara untuk bertingkah laku nyata dalam masyarakat kelak.
Apabila interaksi sosial anak dalam keluarga kurang baik, maka kemungkinan besar interaksi anak dalam masyarakat pada umumnya juga kurang baik. Jadi di samping fungsinya dalam peranan umum, keluarga juga merupakan kerangka sosial yang pertama, yaitu tempat manusia belajar berkembang sebagai makhluk sosial.
Sesuai dengan sifat pendidikan keluarga, orang tua adalah pendidik pertama, utama dan kodrat. Wewenang secara kodrat yang dimiliki orang tua dalam mendidik anaknya tidak dapat diganggu gugat sebab anak adalah hak orang tua. Tetapi karena alasan-alasan tertentu hak orang tua ini dapat dicabut, misalnya karena orang tuia menjadi gila.
Kehidupan keluarga penuh dengan sikap gotong royong serta toleransi. Juga keluarga merupakan peletak dasar utama bagi pendidikan keagamaan. Di samping itu juga pendidikan budi pekerti, tertanam dalam lingkungan keluarga secara kuat dan murni, sehingga tidak dapat pusat-pusat pendidikan lain menyamainya.
2. Pandangan Ki Hajar tentang Pendidikan
Dalam pandangan Ki Hajar Dewantara kedewasaan bisa diartikan sebagai kesempurnaan hidup yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang selaras dengan alamnya dan masyarakat. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan secara umum sebagai daya upaya untuk mewujudkan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak, menuju ke arah masa depan yang lebih baik.
Kedewasaan akan tercapai pada akhir windu ketiga, yaitu tercapainya kesempurnaan hidup selaras dengan alam anak dan masyarakat. Jadi dapat diartikan bahwa pendidikan terutama berlangsung sejak anak lahir hingga anak berusia sekitar 24 tahun.
“Ki Hajar menyetujui teoti Konvergensi, dimana perkembangan manusia itu ditentukan oleh dasar (nature) dan ajar (nurture). Anak yahng baru lahir diibaratkan kewrtas putih yang sudah ada tulisannya, tetapi belum jelas”, (Suwarno, 1995: 30).
Selanjutnya Ki Hajar juga berpendapat bahwa perkembangan anak didik mulai dari lahir hinga dewasa dibagi atas fase-fase sebagai berikut: (1) Jaman Wiraga (0-8 th) merupakan periode yang amat penting bagi perkembangan badan dan pandca indra. (2) Jaman Wicipta (8-16 th) merupakan masa perkembangan untuk daya-daya jiwa terutama pikiran anak, dan (3) Jaman wirama (16-24 th): masa untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat di mana anak mengambil bagian sesuai dengan cita-cita hidupnya.
Selain itu ajaran beliau yang tidak kalah penting adalah yang dikenak sebagai sistem among, yang antara lain berbunyi:
1. Ing ngarso sung tulodho:
Artinya sebagai pemimpin apabila sedang di depan harus dapat memberi contoh yang baik, yang meliputi kebaikan budi pekertinya, kepandaiannya, dan keterampilannya.
2. Ing madyo mangun karso:
Artinya sebagai pemimpin apabila sedang berada di tengah harus dapat membangun, bergotong royong bersama dengan orang-orang yang dipimpinnya. Tidak hanya bisa memerintah, namun juga harus dapat dan mau “tandang gawe”, yaitu diperintah oleh kemauannya sendiri.
3. Tut wuri Handayani:
Artinya sebagai pemimpin apabila sedang berada di belakang harus dapat mendorong dan memberi semangat (nyurung karep) kepada semua teman-temannya.
Menurut Ki Hajar rasa cinta, rasa bersatu, perasaan serta keadaan jiwa pada umumnya, sangat bermanfaat untuk berlangsungnya suatu proses pendidikan.
3. Pandangan Ki Hajar tentang Faktor Pembawaan
Faktor pembawaan dimaksudkan segala sesuatu yang dibawa sejak anak itu lahir, yang oleh K.H. Dewantara disebut factor dasar. Factor dalam (pembawaan) ini meliputi :
a) Pembawaan Phisik
Yakni, bagaimana tentang keadaan tubuh seseorang yang dibawa sejak ia dilahirkan.
Misalnya:
bagaimana konstitusi atau bentuk tubuhnya, gemuk atau kurus, tinggi atau pendek, sampai pada jenjang pendeknya leher, besar kecilnya tengkorak, antara lain:
- susunan urat syaraf, tulang-tulang, otot-otot,
- cacad sejak lahir atau tidak
- mempunyai penyakit keturunan atau tidak
- phisik dapat tumbuh dengan normal atau tidak
- sehat atau sakit-sakitan, dan sebagainya.
b) Pembawaan Kejiwaan (Psikis)
Yakni, bagaimana tentang kejiwaan (kondisi psikis) seseorang sejak dilahirkan.
Misalnya :
- berpembawaan cerdas atau tidak
- IQ-nya tinggi, rendah atau sedang
- Sehat mentalnya atau tidak, mungkin berpenyakit jiwa atau memiliki kelainan-kelainan jiwa, dan sebagainya
- Adakah potensi (kecakapan-kecakapan) khusus yang perlu dikembangkan: jiwa seni mengarang, melukis, melawak, menyanyi, dan sebagainya.


SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

Bapak Pendidikan Nasional "Ki Hajar Dewantara"

Mengenang Bapak Pendidikan Nasional "Ki Hadjar Dewantara"

Ki Hajar Dewantara
Setiap tanggal 2 Mei, rakyat Indonesia memperingati hari “Pendidikan Nasional”, tapi apakah kita semua mengetahui sejarah mengapa Hari Pendidikan Nasional itu harus diperingati? Apakah putra putri Indonesia penerus perjuangan bangsa mengenal siapa pahlawan dibalik itu semua?
Marilah kita sejenak menengok ke belakang dimana sejarah kehidupan dan perjalanan tokoh bangsa ini dalam menggeluti bidang pendidikan.
Tokoh pendidikan itu bernama Ki Hajar Dewantara, lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Ia terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, dan berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya, dengan harapan dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.
Perjalanan hidup Ki Hadjar Dewantara benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsa. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda), kemudian melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Ki Hadjar Dewantara kemudian bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar, antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia,  Kaoem Moeda,  Tjahaja Timoer  dan  Poesara.  
Pada masanya,  Ki Hadjar Dewantara tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.
Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, Ki Hadjar Dewantara juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.

Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, Ki Hadjar Dewantara mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.
Setelah zaman kemedekaan, Ki Hadjar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957.
Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia pada t28 April 1959 di Yogyakarta.
Guna melestarikan nilai-nilai semangat Ki Hadjar Dewantara, pengurus perguruan Taman Siswa mendirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional.
Itulah selintas sejarah kehidupan dan perjalanan Bapak Pendidikan kita Ki Hadjar Dewantara, seorang pahlawan yang begitu gigih memperjuangan pendidikan di tanah air tercinta ini. Buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan ialah memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi.
Ajaran Ki Hadjar Dewantara yang terkenal ialah Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), dan Ing Ngarsa Sungtulada (di depan memberi teladan).
Ki Hadjar Dewantara memang kini telah tiada, namun perjuangannya sampai saat ini tak pernah kunjung padam. Pendidikan di ranah negeri ini semakin maju mengikuti alur zaman. Kini putra putri Indonesia begitu banyak yang berprestasi dan menggoreskan tinta emas dalam mengukir prestasi di bidangnya masing-masing. Banyak juga putra putri Indonesia yang telah mengangkat martabat Indonesia di mata dunia dengan keahlian pendidikan yang mereka punya. Meraka tak kalah dengan puta-putri negara-negara lain. Jayalah Pendidikan Indonesia, jayalah putra putrid Indonesia. 

Minggu, 28 April 2013

KONSEP PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA


KONSEP PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA; ALTERNATIF SEBAGAI LANDASAN MEWUJUDKAN CITA-CITA PENDIDIKAN INDONESIA YANG HUMANIS







Ki Hadjar Dewantara merupakan tokoh pendidikan nasional, yang perjuangannya dalam dunia pendidikan sangat bermakna bagi kemerdekaan Bangsa Indonesia. Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Lahir dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Beliau berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, disaat itu beliau berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, beliau tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Dengan perjuangan jasa-jasa beliau dulu yang sangat hebat memperjuangkan pendidikan yang merata untuk semua rakyat dan humanis, maka agar untuk mengenang perjuangan beliau yang gigih kemudian kelahirannya beliau dijadikan Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS) yang biasa kita peringati pada tanggal 2 Mei setiap tahunnya. Hal ini telah menjadi momentum spesial untuk memperingatkan kepada segenap masyarakat negeri akan pentingnya arti dan esensi pendidikan bagi anak negeri yang sangat kaya ini.
Cermin Pendidikan di Indonesia.
Pada tahun 2003, telah dilahirkan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional melalui UU No. 20 tahun 2003 yang menggantikan UU No. 2 tahun 1989. Tersurat jelas dalam UU tersebut bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Ironinya, bahwa pendidikan pada saat ini telah bergeser dari apa yang di amanatkan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional, mengapa demikian? Karena pendidikan sekarang ini sudah menjadi sebuah lahan industri baru yang baru. Bukan lagi sebagai sebuah upaya pembangkitan kesadaran kritis dan sebagai tempat pengembangan potensi-potensi manusia. Sehingga hal ini mengakibatkan terjadinya praktek jual-beli gelar, jual-beli ijasah hingga jual-beli nilai pelajaran (komersialisasi pendidikan). Belum lagi biaya pendidikan sekarang semakin tahun semakin mahal saja, hal tersebut diakibatkan kurangnya dukungan pemerintah terhadap kebutuhan tempat belajar yang layak dan murah. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan banyak tumbuhnya bisnis-bisnis pendidikan yang mau tidak mau semakin membuat rakyat miskin yang tidak mampu semakin terpuruk dan sulit untuk mengakses pendidikan. Karena pendidikan hanyalah bagi mereka yang telah memiliki ekonomi yang kuat, sedangkan bagi kalangan miskin, pendidikan hanyalah sebuah mimpi. Ironinya, ketika ada inisiatif untuk membangun wadah-wadah pendidikan alternatif, sebagian besar dipandang oleh oknum pemerintah sebagai bentuk dan upaya membangun pemberontakan.
Sementara di berbagai daerah, pendidikan pun masih berada dalam kondisi keprihatinan. Mulai dari kekurangan tenaga pengajar, fasilitas pendidikan sampai membuat sukarnya masyarakat untuk mengikuti pendidikan karena permasalahan ekonomi dan kebutuhan hidup. Pada beberapa wilayah, banyak anak-anak yang memiliki keinginan untuk bersekolah, namun mereka harus rela membantu keluarganya untuk mencukupi kebutuhan hidup untuk makan, beli pakaian, dan lain-lain, contohnya saja dapat kita lihat di perempatan-perempatan jalan kota banyak anak-anak kecil yang sewajarnya masih bersenang-senang beramain dengan teman sebayanya dan belajar, harus berganti profesi menajdi peminta-minta atau pengamen di jalanan. Sungguh sangat tidak manusiawi dan ironinya pemerintahpun masih cuek-cuek saja dengan realitas seperti itu. Artinya, bahwa oknum pemerintahan SBY-Budiono telah gagal untuk mencapai kesejahteraan rakyat dan mewujudkan tujuan pendidikan. Belum lagi bila berbicara pada kualitas pendidikan Indonesia yang hanya berorientasi pada pembunuhan kreatifitas berpikir dan berkarya. Sedangkan kurikulum yang ada dalam sistem pendidikan Indonesia saat ini memang dapat membuat peserta didik menjadi pintar namun tidak menjadi cerdas, kreatif dan terampil. Pembunuhan kreatifitas ini disebabkan pula karena paradigma pemerintah Indonesia yang mengarahkan masyarakatnya pada penciptaan tenaga kerja untuk pemenuhan kebutuhan industri yang sedang gencar-gencarnya ditumbuh suburkan di Indonesia.
Sistem pendidikan nasional yang telah berlangsung hingga saat ini masih cenderung mengeksploitasi pemikiran peserta didik. Indikator yang dipergunakanpun cenderung menggunakan indikator kepintaran (kognitif), sehingga hanya keberhasilan belajar dilihat dari nilai di dalam rapor maupun ijasah tidak serta merta menunjukkan peserta didik akan mampu bersaing maupun bertahan di tengah gencarnya industrialisasi yang berlangsung saat ini. Menurut Prof. Dr. Sutrisno dalam perkulihan filsafat pendidikan pernah menyampaikan bahwa kemampuan pengetahuan kognitif (hard skill) dan kemampuan ketrampilan hidup (soft skill) itu lebih banyak berguna kemampuan soft skill nya, jika dipresentasekan maka hard skill hanya berpengaruh 20% dan 80% nya adalah soft skill. Jika saya meminjam kata-kata dari (Martin Luther King) “Aku tidak peduli berapa lama aku akan hidup dalam sistem ini. Aku akan tidak pernah menerimanya. Aku akan perangi sistem ini sampai mati.” Jadi sudah menjadi keniscayaan bagi dunia pendidikan harus merekonstruksi sistem pendidikan nasional dan kurikulumnya yang sudah gagal dan tidak relevan dengan dunia sekarang. Menuju pada sitem pendidikan nasional yang representatif dengan kebutuhan masyarakat dan tekanan perkembangan zaman globalisasi sekarang ini.
Sorot Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Dalam bentuk perkulihan apapun yang pembahasan tentang pendidikan penulis belum pernah menjumpai pembahasan mengenai konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara. Kabanyakan yang dipakai adalah konsep pendidikan ala barat, Padahal kita semua mengetahui bahwa beliau adalah bapak pendidikan nasional, yang mana beliau adalah seorang pemikir pendidikan asli Indonesia yang telah memperjuangkan pendidikan untuk rakyat dan beliau juga lebih mengetahui harus bagaimana konsep pendidikan untuk Indonesia itu sendiri yang sesuai dengan konteks realita di Indonesia.
Dalam berbagai tulisan tentang pendidikan yang ditulis oleh Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan harus dimulai dari persamaan persepsi pemangku pendidikan tentang mendidik itu sendiri. Menurut Ki Hajar Dewantara mendidik dalam arti yang sesungguhnya adalah proses memanusiakan manusia (humanisasi), yakni pengangkatan manusia ke taraf insani. Di dalam mendidik ada pembelajaran yang merupakan komunikasi eksistensi manusiawi yang otentik kepada manusia, untuk dimiliki, dilanjutkan dan disempurnakan. Jadi sesungguhnya pendidikan adalah usaha bangsa ini membawa manusia Indonesia keluar dari kebodohan, dengan membuka tabir aktual-transenden dari sifat alami manusia (humanis). Ajaran kepemimpinan Ki Hadjar Dewantoro yang sangat poluler di kalangan masyarakat adalah Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani. Adapun pemikiran beliau melihat pendidikan dari 2 (dua) sudut pandang antara lain:
Dari sudut pandang psikologis, menurut beliau bahwa manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya (humanisasi) ini harus menuntut pengembangan semua daya secara seimbang (proposional). Karena jika pengembangan yang hanya menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidak-utuhan perkembangan sebagai manusia (dehumanisasi). Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika hal ini berlanjut terus maka akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi.
Dari titik pandang sosio-anthropologis, menurutnya bahwa kekhasan manusia yang membedakannya dengan makhluk lain adalah bahwa manusia itu berbudaya, sedangkan makhluk lainnya tidak berbudaya. Maka salah satu cara yang efektif untuk menjadikan manusia lebih manusiawi adalah dengan mengembangkan kebudayaannya. Persoalannya budaya dalam masyarakat itu berbeda-beda. Dalam masalah kebudayaan berlaku pepatah:”Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.” Maka manusia akan benar-benar menjadi manusia kalau ia hidup dalam budayanya sendiri. Manusia yang seutuhnya antara lain dimengerti sebagai manusia itu sendiri ditambah dengan budaya masyarakat yang melingkupinya.
Ki Hajar Dewantara sendiri dengan mengubah namanya ingin menunjukkan perubahan sikapnya dalam melaksanakan pendidikan yaitu dari satria pinandita ke pinandita satria yaitu maksudnya dari pahlawan yang berwatak guru spiritual ke guru spiritual yang berjiwa ksatria. Yang mana jika sikap pendidikan kita seperti ini maka dapat mempersiapkan diri dan peserta didik untuk melindungi bangsa dan negara (nasionalisme). Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar.
Jadi sudah saatnya kita kembali pada esensi yang diperjuangkan oleh bapak pendidikan nasional kita. Bahwa idealnya pendidikan hendaknya memperkaya setiap individu tetapi perbedaan antara masing-masing pribadi harus tetap dipertimbangkan. Pendidikan hendaknya memperkuat rasa percaya diri, mengembangkan harga diri, dan setiap orang harus hidup sederhana dan guru hendaknya rela mengorbankan kepentingan-kepentingan pribadinya demi kebahagiaan para peserta didiknya. Peserta didik yang dihasilkan adalah peserta didik yang berkepribadian merdeka, sehat fisik, sehat mental, cerdas, menjadi anggota masyarakat yang berguna, dan bertanggungjawab atas kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang lain.
Metode yang yang sesuai dengan sistem pendidikan ini adalah sistem among yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care and dedication based on love). Yang dimaksud dengan manusia merdeka adalah seseorang yang mampu berkembang secara utuh dan selaras dari segala aspek kemanusiaannya dan yang mampu menghargai dan menghormati kemanusiaan setiap orang. Oleh karena itu bagi Ki Hajar Dewantara pepatah ini sangat tepat yaitu “educate the head, the heart, and the hand”.
Sedangkan seorang guru yang efektif harus memiliki keunggulan dalam mengajar (paedagogik), sikap yang menjadi teladan bagi peserta didik (personal), hubungan (relasi dan komunikasi) dengan peserta didik dan anggota komunitas sekolah, dan juga relasi dan komunikasinya dengan pihak lain seperti orang tua, komite sekolah, pihak terkait (sosial), segi administrasi sebagai guru dan sikap profesionalitasnya (profesional). Sikap-sikap profesional itu meliputi antara lain: keinginan untuk memperbaiki diri dan keinginan untuk mengikuti perkembangan zaman. Maka tidak kalah penting bahwa upaua membangun suatu etos kerja yang positif sangat diperlukan yaitu, seperti menjunjung tinggi pekerjaan, menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaan, dan keinginan untuk melayani masyarakat. Dalam kaitan dengan ini penting juga penampilan (performance) seorang profesional baik dari segi fisik, intelektual, relasi sosial, kepribadian, nilai-nilai dan kerohanian serta mampu menjadi motivator.
Singkatnya, bahwa dalam dunia pendidikan perlu adanya peningkatan mutu kinerja yang profesional, produktif dan kolaboratif demi pemanusiaan secara utuh setiap peserta didik. Dan pendidikan harus dapat menjadi wadah yang bukan hanya mengembangkan kemampuan daya cipta (kognitif) namun secara karsa (afektif) dan karya (psikomotorik) harus proposional. Mari bersama-sama kita sebagai calon pendidik harus terus memperjuangkan pedidikan Indonesia agar lebih memanusiakan manusia, membudayakan bangsa, dan mengindonesiakan nusantara. Agar hari pendidikan nasioanal bukan hanya sekedar sebuah peringatan (efouria) yang tidak mempunyai nilai kemajuan dan kejayaan untuk pendidikan Indonesia tercinta. Sudah saatnya Indonesia berdiri di atas kaki sendiri dengan sebuah kesejahteraan sejati bagi seluruh masyarakat Indonesia raya.



Baca Juga :



Sejarah Perjuangan Ki Hajar Dewantara



Sejarah Perjuangan Ki Hajar Dewantara



Sejarah Perjuangan Ki Hajar Dewantara- Setiap memperingati hari Pendidikan Nasional setiap tanggal 2 Mei kita diingatkan pada Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara yang terkenal karena perjuangan untuk pendidikan kaum pribumi dengan mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta.
Sejarah Perjuangan Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, EYD: Ki Hajar Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun; selanjutnya disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD") adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.

Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Departemen Pendidikan Nasional. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah.

MASA MUDA DAN AWAL KARIR

Soewardi berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Ia menamatkan pendidikan dasar di ELS (Sekolah Dasar Eropa/Belanda). Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya komunikatif dan tajam dengan semangat antikolonial.

AKTIVITAS PERGERAKAN

Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (terutama Jawa) pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres pertama BO di Yogyakarta juga diorganisasi olehnya.

Soewardi muda juga menjadi anggota organisasi Insulinde, suatu organisasi multietnik yang didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, atas pengaruh Ernest Douwes Dekker (DD). Ketika kemudian DD mendirikan Indische Partij, Soewardi diajaknya pula.

TAMAN SISWA

Soewardi kembali ke Indonesia pada bulan September 1919. Segera kemudian ia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922: Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Saat ia genap berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.

Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. ("di depan menjadi teladan, di tengah membangun semangat, dari belakang mendukung"). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa.

PENGABDIAN DI MASA INDONESIA MERDEKA

Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, KHD diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia (posnya disebut sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan) yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari universitas tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959).
Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959.



Terima kasih telah berkunjung ke blog  ini.




Sumber : Wikipedia 

SERBA SERBI


PAHLAWAN NASIONAL INDONESIA / Ki Hajar Dewantara


Biografi Ki Hajar Dewantara


                                                                                   
Nama: Ki Hajar Dewantara
Gelar: Pahlawan Kemerdekaan Nasional
Dasar Hukum: Kepres No.305 Tahun 1959 tanggal 28 November 1959
Lahir: Yogyakarta, 2 Mei 1889
Wafat: Yogyakarta, 28 April 1959
Makam: Yogyakarta
R.M. Suwardi Suryaningrat, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara, lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Sesudah menamatkan Sekolah Dasar, ia melanjutkan pelajaran ke STOVIA di Jakarta, tetapi tidak sampai selesai. Sesudah itu, ia bekerja sebagai wartawan, membantu beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, dan Utusan Hindia. Bersama Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo, pada tanggal 25 Desember 1912 ia mendirikan Indische Partij yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Pada tahun 1913 ia ikut membentuk Komite Bumiputra. Melalui komite itu dilancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dan penjajahan Prancis. Karangannya yang berjudul Als Ik een Nederlander was (Seandainya Aku Seorang Belanda), berisi sindiran dan kecaman yang pedas. Akibatnya, pada bulan Agustus 1913 ia dibuang ke negeri Belanda. Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga ia berhasil memperoleh Europeesche Akte.

Setelah kembali ke tanah air pada tahun 1918, ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan. Pada tanggal 3 Juli 1922 didirikannya
Taman Siswa, sebuah perguruan yang bercorak nasional. Kepada anak didik ditanamkan rasa kebangsaan agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Banyak rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa, antara lain adanya Ordonansi Sekolah Liar yang dikeluarkan oleh Pemerintah Belanda. Tetapi, berkat perjuangan Ki Hajar Dewantara, ordonansi itu dicabut kembali.

Pada masa Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan Ki Hajar Dewantara. Waktu Pemerintah Jepang membentuk
Pusat Tenaga Rakyat (Putera) pada tahun 1943, ia duduk sebagai salah seorang pemimpinnya di samping Ir. Sukarno, Drs. Muhammad Hatta, dan K.H. Mas Mansur. Jabatan yang pernah dipegangnya setelah Indonesia merdeka ialah Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan.
Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai
Bapak Pendidikan Nasional dan pendiri Taman Siswa. Ajarannya yang terkenal ialah Tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sung tulada, artinya: di belakang memberi dorongan, di tengah memberi teladan.

Ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Hari lahir Ki Hajar Dewantara, tanggal 2 Mei, diperingati sebagai
Hari Pendidikan Nasional. 


Baca Juga :


Mohon Maaf Bila Terjadi Kesalahan Dalam Input Data
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Edy_Hari_Yanto's  album on Photobucket