Rusa Bawean, Pelari Ulung yang Semakin Kritis
Rusa Bawean (bahasa latinnya Axis kuhlii), merupakan satwa endemik pulau Bawean (Kab. Gresik, Jawa Timur) yang populasinya semakin langka dan terancam kepunahan.
Oleh IUCN Redlist, Rusa Bawean, yang merupakan satu diantara 4 jenis
(spesies) Rusa yang dimiliki Indonesia ini, dikategorikan dalam “Kritis”
(CR; Critiscally Endangered) atau “sangat terancam kepunahan”.
Spesies Rusa Bawean ini juga terdaftar pada CITES sebagai appendix I.
Dalam bahasa inggris disebut sebagai Bawean Deer.
Ciri-ciri dan Habitat Rusa Bawean. Rusa Bawean memiliki tubuh yang relatif lebih kecil dibandingkan Rusa jenis lainnya. Rusa Bawean (Axis kuhlii)
mempunyai tinggi tubuh antara 60-70 cm dan panjang tubuh antara 105-115
cm. Rusa endemik Pulau Bawean ini mempunyai bobot antara 15-25 kg untuk
rusa betina dan 19-30 kg untuk rusa jantan.
Selain tubuhnya yang mungil, ciri khas
lainnya adalah memiliki ekor sepanjang 20 cm yang berwarna coklat dan
keputihan pada lipatan ekor bagian dalam. Tubuhnya yang mungil ini
menjadikan Rusa Bawean lincah dan menjadi pelari yang ulung.
Warna bulunya sama dengan kebanyakan
rusa, cokelat kemerahan kecuali pada leher dan mata yang berwarna putih
terang. Bulu pada Rusa Bawean anak-anak memiliki totol-totol tetapi
seiring bertambahnya umur, noktah ini akan hilang dengan sendirinya.
Sebagaimana rusa lainnya, Rusa Bawean
jantan memiliki tanduk (ranggah) yang mulai tumbuh ketika berusia
delapan bulan. Tanduk (ranggah) tumbuh bercabang tiga hingga rusa
berusia 30 bulan. Ranggah rusa ini tidak langsung menjadi tanduk tetap
tetapi mengalami proses patah tanggal untuk digantikan ranggah yang
baru. Baru ketika rusa berusia 7 tahun, ranggah (tanduk rusa) ini
menjadi tanduk tetap dan tidak patah tanggal kembali.
Rusa Bawean merupakan nokturnal, lebih
sering aktif di sepanjang malam. Dan mempunyai habitat di semak-semak
pada hutan sekunder yang berada pada ketinggian hingga 500 mdpl. Mereka
sangat hati-hati, dan muncul untuk menghindari kontak dengan
orang-orang; di mana aktivitas manusia berat, rusa menghabiskan hari di
hutan di lereng-lereng curam yang tidak dapat diakses oleh penebang kayu
jati.
Rusa Bawean (Axis kuhlii)
mempunyai masa kehamilan antara 225-230 hari dan melahirkan satu anak
tunggal (jarang terjadi kelahiran kembar). Kebanyakan kelahiran terjadi
antara bulan Februari hingga Juni.
Populasi dan Konservasi Rusa Bawean (Axis kuhlii).
Di habitat aslinya, Rusa Bawean semakin terancam kepunahan. Pada akhir
2008, peneliti LIPI menyebutkan jumlah populasi rusa bawean yang
berkisar 400-600 ekor. Sedang menurut IUCN, satwa endemik yang mulai
langka ini diperkirakan berjumlah sekitar 250-300 ekor yang tersisa di
habitat asli (2006).
Karena populasinya yang sangat kecil dan kurang dari 250 ekor spesies dewasa, IUCN Redlist sejak tahun 2008 memasukkan Rusa Bawean dalam kategori “Kritis” (CR; Critiscally Endangered) atau “sangat terancam kepunahan”. Selain itu CITES juga mengategorikan spesies bernama latin Axis kuhlii ini sebagai “Appendix I”
Semakin langka dan berkurangnya populasi Rusa Bawean (Axis kuhlii)
dikarenakan berkurangnya habitat Rusa Bawean yang semula hutan alami
berubah menjadi hutan jati yang memiliki sedikit semak-semak. Ini
berakibat pada berkurangnya sumber makanan.
Penurunan jumlah populasi ini mendorong
berbagai usaha konservasi diantaranya pembentukan Suaka Margasatwa Pulau
Bawean seluas 3.831,6 ha sejak tahun 1979. Selain itu untuk menghindari
kepunahan sejak tahun 2000 telah diupayakan suatu usaha penangkaran Rusa Bawean (Axis kuhlii).
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Artiodactyla; Upaordo: Ruminantia; Famili: Cervidae; Upafamili: Cervinae; Genus: Axis; Spesies: Axis kuhlii. Nama binomial: Axis kuhlii (Müller, 1840)
Referensi: http://www.bawean.net/; http://www.iucnredlist.org;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar