Burung Tokhtor Sumatera (Carpococcyx viridis) Pernah Dianggap Punah
Burung Tokhtor Sumatera (Carpococcyx viridis) pernah dianggap punah
karena hampir seabad lamanya sejak terdiskripsikan pada 1916, tidak
pernah sekalipun dijumpai. Baru pada November 1997 seekor Tokhtor
Sumatera berhasil difoto untuk pertama kalinya.
Hingga kini burung endemik Sumatera ini
termasuk dalam 18 burung paling langka di Indonesia. Burung Tokhtor
Sumatera didaftar sebagai satwa “Critically Endangered” (Kritis) yakni
status konservasi dengan keterancaman paling tinggi. Diduga populasinya
tidak mencapai 300 ekor.
Burung Tokhtor Sumatera dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Sumatran Ground-cuckoo, Sumatran Ground Cuckoo dan mempunyai nama latin Carpococcyx viridis. Burung ini merupakan satu dari tiga spesies Tokhtor yang ada di dunia selain Tokhtor Kalimantan (Carpococcyx radiceus) yang endemik Kalimantan dan Coral-billed Ground-cuckoo (Carpococcyx renauldi)
yang terdapat di Thailand dan Vietnam. Dulunya, Tokhtor Sumatera dan
Tokhtor Kalimantan dianggap satu spesies yang dinamai Tokhtor Sunda.
Ciri-ciri dan Kebiasaan. Burung Tokhtor Sumatera
merupakan burung penghuni permukaan tanah dengan ukuran tubuh yang
besar mencapai 60 cm. Kaki dan paruh berwarna hijau. Mahkota hitam,
sedangkan mantel, bagian atas, leher samping, penutup sayap dan penutup
sayap tengah berwarna hijau pudar. Bagian bawah tubuh berwarna coklat
dengan palang coklat kehijauan luas. Sayap dan ekor hitam kehijauan
mengilap. Tenggorokan bawah dan dada bawah hijau pudar, bagian bawah
sisanya bungalan kayu manis, sisi tubuh kemerahan. Kulit sekitar mata
berwarna hijau, lila dan biru.
Burung Tokhtor Sumatera hidup di permukaan tanah dan memakan vertebrata kecil dan invertebrata besar. Burung endemik Sumatera yang sangat langka dan terancam punah ini termasuk binatang pemalu.
Burung Tokhtor Sumatera yang Langka. Burung Tokhtor Sumatera atau Sumatran Ground Cuckoo (Carpococcyx viridis) merupakan binatang yang langka. Burung endemik Sumatera ini termasuk dalam 18 burung paling langka di Indonesia.
Sejak terdiskripsikan pada 1916, burung ini tidak pernah terlihat sekalipun hingga pada November 1997 di Taman Nasional Bukit Barisan,
seekor Tokhtor Sumatera berhasil difoto untuk pertama kalinya. Burung
ini terdokumentasi kedua kalinya lewat kamera trap di Taman Nasional
Kerinci Seblat pada Tahun 2006. Baru pada Januari 2007, tim survei satwa
liar dari Wildlife Coservation Society-Indonesia Program
(WCS-IP) berhasil menangkap spesies burung Tokhtor Sumatera hidup.
Inipun setelah burung tersebut terperangkap jeratan untuk menjebak Ayam Hutan.
Populasi burung Tokhtor Sumatera (Carpococcyx viridis)
diperkirakan hanya antara 50-250 ekor saja. Dengan habitat (daerah
persebaran) seluas 26.000 km persegi di Pegunungan Barisan, Sumatera.
Burung endemik yang langka ini mendiami hutan pegunungan rendah dengan
ketinggian antara 800-1000 meter dpl.
Karena kelangkaannya, burung Tokhtor Sumatera (Sumatran Ground Cuckoo) diberikan status konservasi Critically Endangered (Kritis) sejak tahun 2000. Sayangnya, spesies ini justru terlewat dan tidak terdaftar dalam PP. No. 7 Tahun 1999 sebagai jenis-jenis burung yang dilindungi di Indonesia.
Pun berbagai perilaku dan kebiasaan burung
ini belum dapat diungkap secara detail akibat kurangnya data dan
penelitian yang bisa dilakukan. Apalagi dengan sedikitnya jumlah spesies
yang ditemukan dan berhasil diamati.
Semoga saja burung Tokhtor Sumatera yang
pernah dianggap punah dan kini diduga populasinya kurang dari 300-an
ekor yang hanya tersebar di sekitar Pegunungan Barisan benar-benar belum
punah. Di suatu tempat, burung ini masih eksis berkembang biak dengan
bebasnya memperkaya keanekaragaman satwa Indonesia.
Klasifikasi ilmiah: Kingdom: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Aves; Ordo: Cuculiformes; Famili: Cuculidae; Genus: Carpococcyx; Spesies: Carpococcyx viridis.
Referensi dan gambar:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar