Celepuk Siau (Otus siaoensis) Langka Endemik Sulawesi Utara
Celepuk siau (Otus siaoensis) merupakan salah satu burung langka
dan terancam punah di dunia. Burung celepuk siau adalah burung endemik
yang hanya terdapat di sebuah pulau kecil bernama “Siau” di Kabupaten
Sangihe, Propinsi Sulawesi Utara. Burung yang masuk dalam kategori
keterancaman tertinggi, Kritis (Critically Endangered) ini tidak lagi pernah terlihat kembali sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1866.
Celepuk siau (Otus siaoensis). |
Celepuk siau merupakan anggota burung hantu (ordo Strigiformes) yang dalam bahasa Inggris biasa disebut sebagai Siau Scops-owl. Sedangkan dalam nama ilmiah (latin) celepuk ini diberi nama Otus siaoensis.
Ciri, Habitat, dan Persebaran.
Belum banyak data yang bisa menggambarkan ciri, habitat dan persebaran
burung ini. Burung celepuk siau mempunyai ukuran tubuh yang relatif
kecil, panjangnya sekitar 17 cm. Seperti burung hantu lainnya, terutama
celepuk, burung endemik pulau Siau ini mempunyai ukuran kepala dan sayap
yang relatif besar.
Burung langka ini termasuk binatang
nokturnal yang lebih banyak aktif di malam hari terutama untuk berburu
mangsa. Di siang hari, celepuk siau (Otus siaoensis) banyak menghabiskan waktunya untuk beristirahat.
Burung celepuk siau diyakini hanya
terdapat di satu tempat yakni pulau Siau (Koordinat: 2°43’22″N
125°23’36″E) di Kabupaten Sangihe, Propinsi Sulawesi Utara, Indonesia.
Di duga binatang endemik ini mendiami daerah di sekitar Danau Kepetta
yang terletak di bagian Selatan Pulau Siau. Selain itu juga di sekitar
Gunung Tamata yang berada di bagian tengah Pulau Siau. Meskipun populasi
di habitat tersebut hanya berdasarkan pengakuan masyarakat sekitar.
Lokasi pulau Siau, Sulawesi Utara (ditunjukkan anak panah) |
Populasi dan Konservasi.
Populasi burung endemik ini tidak diketahui dengan pasti, namun
berdasarkan persebarannya yang hanya terbatas di pulau dan penampakan
langsung yang jarang sekali, celepuk siau dikategorikan oleh IUCN
Redlist dalam status konservasi Kritis (Critically Endangered) sejak tahun 2000. CITES juga memasukkan celepuk ini dalam Apendix II sejak 1998.
Bahkan penampakan visual burung ini
secara langsung tidak pernah terjadi lagi sejak pertama kali ditemukan
pada tahun 1866. Langkanya celepuk siau (Otus siaoensis) dimungkinkan karena berkurangnya habitat akibat deforestasi hutan untuk pemukiman maupun lahan pertanian.
Anehnya, meskipun telah terdaftar sebagai
salah satu burung yang paling langka dan terancam kepunahan tapi
ternyata burung ini tidak termasuk dalam salah satu satwa yang
dilindungi di Indonesia. Entah karena kealpaan, sehingga burung ini
lolos dari daftar satwa yang dilindungi Undang-undang Indonesia.
Incaran Penggemar Burung. Jumlah populasi, endemikitas, dan jarangnya penampakan membuat celepuk siau (Otus siaoensis)
menjadi incaran para pengamat dan peneliti burung dari seluruh penjuru
dunia. Namun hingga kini tidak satupun para peneliti tersebut yang dapat
mengungkap keberadaan celepuk siau, apalagi bertemu langsung dengan
spesies ini.
Organisasi sebesar UICN Redlist bekerja sama dengan Birdlife Internasional
pernah mengadakan penelitian keberadaan burung celepuk siau ini pada
1998. Namun survey selama 32 hari itu tidak berhasil menemukan data
keberadaan burung endemik langka ini, kecuali berdasarkan hasil
wawancara dengan masyarakat setempat.
Hingga saat ini beberapa LSM lingkungan
hidup lokal masih terus memburu eksistensi dan mengumpulkan data tentang
burung celepuk siau ini dengan sokongan dana dari Wildlife Conservation Society.
Mungkin diantara sobat pembaca
Alamendah’s Blog ada yang tertarik untuk ikut serta melakukan riset
keberadaan burung endemik pulau Siau, Sulawesi Utara ini?. Dengan
menemukan atau memfoto salah satu spesies endemik ini bisa dipastikan
sobat akan menjadi selebritis baru di dunia taksonomi dan konservasi
burung.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Aves; Ordo: Strigiformes; Famili: Strigidae; Genus: Otus; Spesies: O. siaoensis
Nama binomial: Otus siaoensis (Schlegel, 1873). Nama Indonesia: Celepuk siau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar