Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) Diambang Punah
Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) merupakan salah satu spesies badak yang dipunyai Indonesia selain badak jawa (Rhinocerus sondaicus). Badak sumatera (Sumatran rhino)
juga merupakan spesies badak terkecil di dunia merupakan satu dari 5
spesies badak yang masih mampu bertahan dari kepunahan selain badak
jawa, badak india, badak hitam afrika, dan badak putih afrika.
Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) seperti saudara dekatnya, badak jawa,
semakin langka dan terancam kepunahan. Diperkirakan populasi badak
bercula dua ini tidak mencapai 200 ekor. Wajar jika IUCN Redlist
kemudian memasukkan badak sumatera (Sumatran rhino) dalam daftar status konservasi critically endangered (kritis; CE).
Badak sumatera dalam bahasa Inggris disebut sebagai Sumatran rhino. Sering kali juga disebut sebagai hairy rhino lantaran memiliki rambut terbanyak ketimbang jenis badak lainnya. Badak Sumatera dalam bahasa latin disebur sebagai Dicerorhinus sumatrensis.
Ciri-ciri dan Habitat Badak Sumatera.
Badak sumatera memiliki dua cula dengan panjang cula depan berkisar
antara 25-80 cm dan cula belakang lebih pendek sekitar 10 cm. Badak
sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) mempunyai panjang tubuh antara 2-3 meter dengan berat antara 600-950 kg. Tinggi satwa langka ini berkisar antara 120-135 cm.
Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis)
merupakan satwa penjelajah yang hidup dalam kelompok-kelompok kecil
meskipun umumnya hidup secara soliter (menyendiri).Pada cuaca yang cerah
sering turun ke daerah dataran rendah, untuk mencari tempat yang
kering. Pada cuaca panas ditemukan berada di hutan-hutan di atas bukit
dekat air terjun.
Populasi dan Konservasi Badak Sumatera.
Badak sumatera dulunya tersebar mulai dari Indonesia (Sumatera dan
Kalimantan), Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos,
Vietnam, Thailand, Myanmar, dan Malaysia. Namun saat ini diperkirakan
badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) telah punah dibeberapa tempat dan hanya menyisakan di Indonesia dan Malaysia.
Populasi badak sumatera semakin langka.
Menurut data IUCN Redlist populasi badak bercula dua ini berkisar antara
220-275 ekor (1997). Bahkan menurut International Rhino Foundation (Virginia) diperkirakan populasi badak sumatera tidak mencapai 200 ekor (2010).
Di Sumatra populasi badak sumatera
terkonsentrasi di Taman Nasional Bukit Barisan (60-80 ekor), Taman
Nasional Gunung Lauser (60-80 ekor), TN. Way Kambas (15-25 ekor), dan
Taman Nasional Kerinci Seblat (diperkirakan telah punah). Di Sabah
Malaysia diperkirakan memiliki populasi berkisar antara 6-10 ekor.
Sedangkan populasi di Kalimantan hingga sekarang belum teridentifikasi.
Selain itu, badak sumatera juga terdaftar dalam CITES
Apendiks I sejak tahun 1975. CITES Apendiks I berarti badak sumatera
dilindungi secara internasional dari segala bentuk perdagangan.
Menurunnya populasi badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis)
disebabkan oleh perburuan liar untuk mengambil cula dan anggota tubuh
lainnya. Meskipun untuk praktek perburuan liar ditengarai tidak pernah
terjadi lagi dalam kurun sepuluh tahun terakhir.
Faktor utama penurunan populasi badak sumatera saat ini adalah berkurangnya habitat akibat deforestasi hutan dan kebakaran hutan.
Akibat semakin berkurang dan rusaknya hutan, beberapa tahun terakhir
sering kali dilaporkan kemunculan badak bercula dua ini di daerah
pemukiman warga dan perkebunan.
Badak Hamil Di Penangkaran. Ratu,
seekor badak sumatera betina berusia 9 tahun dipastikan hamil di
Penagkaran di Taman Naional Way Kambas. Kehamilan badak dalam
penangkaran yang merupakan pertama kali dalam kurun 112 tahun ini
memberikan sedikit harapan bagi pengembangan penangkaran badak sumatera
dan badak jawa di Indonesia.
Klasifikasi Ilmiah. Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Perissodactyla; Famili: Rhinocerotidae. Genus: Dicerorhinus; Spesies: Dicerorhinus sumatrensis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar